Search

Rabu, 15 Oktober 2008

Keindahan Alam Pegunungan


Seorang anak mendapatkan cerita dari temannya yang baru pulang berlibur dari daerah puncak bogor, tentang keindahan alam dan udara yang sejuk didaerah tersebut, sang anakpun yang kebetulan belum pernah kedaerah tersebut bertanya pada sang ayah, sambil mengungkapkan rasa penasarannya kepada ayahnya. “Yah, seperti apa sih rupa keindahan alam pegunungan disaerah bogor itu?” Sang ayah yang kebetulan sedang libur bekerja tidak menjawab. Ia hanya bilang, “Baiklah, kita berangkat menuju daerah pegunungan dibogor. Akan kamu lihat seperti apa keindahan pegunungan itu itu.”


Berangkatlah mereka berdua dengan mengendarai mobil. Perjalanan lumayan lama, karena jarak antara tempat tinggal mereka dengan gunung terdekat bisa menghabiskan waktu dua jam dengan mobil. Jarak yang lumayan jauh. Bahkan sangat jauh untuk ukuran seorang anak usia enam tahun.

Ketika perjalanan sudah menempuh hampir separuh jarak, anak itu berteriak, “Hore, pegunungnya sudah kelihatan.” Dari balik kaca mobil, sebuah barisan pegunungan membiru terlihat begitu anggun. Puncaknya menjulang ke langit nan biru dan ditutupi awan putih. “Oh, indahnya pegunungan itu,” ucap sang anak. Ia benar-benar kagum.

Mobil pun terus melaju. Jalan yang ditempuh tidak lagi lurus dan datar, tapi sudah berkelok dan naik turun. Wajah pegunungan pun terlihat hijau karena dedaunan pohon mulai tampak walaupun cuma didominasi warna. Anak itu berujar lagi, “Oh, ternyata gunung itu berwarna hijau. Ada pohon-pohon kecil yang berjajar.”

Sambil menikmati pemandangan sekitar, anak itu pun menyanyikan lagu: “Naik naik ke puncak pegunungan, tinggi tinggi sekali…” Hingga, perjalanan berhenti pada sebuah dataran yang sangat tinggi. Dari situlah mereka bukan hanya bisa melihat wajah pegunungan yang asli, tapi juga bisa memegang dan menginjak gunung. Mereka sudah berada di puncak tertinggi dari pegunungan tersebut.

“Pegunungannya mana, Yah?” tanya anak itu keheranan. “Inilah salah satu wajah pegunungan yang kamu cari, tanah yang sedang kita injak,” jawab sang ayah sambil menunjuk ke tanah yang menanjak dan menurun. Anak itu agak heran. “Ini? Tanah yang gersang ini? Tanah yang cuma berisi batu dan pohon-pohon kecil dengan air sungainya yang keruh?”

Sang ayah mengangguk pelan. Ia menangkap warna kekecewaan yang begitu dalam pada diri anaknya. “Anakku, mari kita pulang. Mari kita nikmati wajah pegunungan dari kejauhan. Mungkin, dari sanalah kita bisa mengatakan bahwa pegunungan itu indah…”

Hikmah

Ketika seseorang sudah menjadi ‘Pegunungan’ di masyarakatnya. Di mana, wajahnya bisa dilihat orang banyak, suaranya didengar banyak orang, akan muncul penasaran orang-orang yang melihat dan mendengar tokoh baru itu. Mereka ingin tahu, seperti apakah wajah sang tokoh ketika dilihat dari dekat: perilakunya, kehidupan rumah tangganya, dan hal-hal detil lain.

Sayangnya, tidak semua ‘Pegunungan’ yang terlihat indah ketika jauh, benar-benar indah di saat dekat. Para peminat yang ingin dekat dengan ‘gunung’ itu pun pasti kecewa. Ternyata, ‘Pegunungan’ yang dari jauh indah itu, menyimpan banyak cacat. Keindahannya semu.

Mari, kita bangun ‘Pegunungan’ diri yang benar-benar indah: baik dari jauh, apalagi dekat. Jangan biarkan mereka yang semula kagum, menjadi kecewa. Jangan sampai ada orang-orang yang berujar persis seperti sang ayah bilang, “Anakku, mari kita menjauh. Mungkin hanya dari kejauhanlah, kita bisa mengatakan bahwa ‘Pegunungan’ itu indah…”

sumber :http://www.eramuslim.com ( dengan banyak perubahan)

Read more...

Sponsor

Followers

About Me

Foto saya
tentang Kami, tanyakan pada sahabat, keluarga, atau Anak Kami

My Spirit

My Love To Spirit

  ©Create by ReIsonline.tk.