Search

Kamis, 11 Desember 2008

Tentang Hati

Di sebuah Kerajaan zaman dulu kala, seorang prajurit raja tampak gelisah. Ia bingung kenapa raja tidak pernah adil terhadap dirinya. Hampir tiap hari, secara bergantian, banyak prajurit yang berprestasi diberi hadiah. Mulai dari cincin, kalung, uang , emas, hingga perabot antik. Sementara dirinya tidak.

Hanya dalam beberapa bulan, hampir semua prajurit berubah kaya. Ada yang mulai membiasakan diri berpakaian terbaru. Ada yang memakai perhiasan. Dan, hampir tak seorang pun yang datang ke istana dengan berjalan kaki seperti dulu. Semuanya datang dengan kendaraan. Mulai dari berkuda, hingga dilengkapi dengan kereta dan kusirnya.

Ada perubahan lain. Para prajurit yang sebelumnya betah berlama-lama di istana, mulai pulang cepat. Begitu pun dengan kedatangan yang tidak sepagi dulu. Tampaknya, mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing.

Cuma satu prajurit yang masih miskin. Anehnya, tak ada penjelasan sedikit pun dari raja. Kenapa beliau begitu tega, justru kepada pelayannya yang paling setia. Kalau yang lain mulai enggan mencuci baju dalam raja, si pelayan miskin ini selalu bisa.

Hingga suatu hari, kegelisahannya tak lagi terbendung. "Rajaku yang terhormat!" ucapnya sambil bersimpuh. Sang raja pun mulai memperhatikan. "Saya mau undur diri dari pekerjaan ini," sambungnya tanpa ragu. Tapi, ia tak berani menatap wajah sang raja. Ia mengira, sang raja akan mencacinya, memarahinya, bahkan menghukumnya. Lama ia tunggu.

"Kenapa kamu ingin undur diri, prajuritkuku?" ucap sang raja kemudian. Si prajurit miskin itu diam. Tapi, ia harus bertarung melawan takutnya. Kapan lagi ia bisa mengeluarkan isi hati yang sudah tak lagi terbendung. "Maafkan saya, raja. Menurut saya, raja sudah tidak adil!" jelas si pelayan, lepas. Dan ia pun pasrah menanti titah baginda raja. Ia yakin, raja akan membunuhnya.

Lama ia menunggu. Tapi, tak sepatah kata pun keluar dari mulut raja. Pelan, si prajurit miskin ini memberanikan diri untuk mendongak. Dan ia pun terkejut. Ternyata, sang raja menangis. Air matanya menitik.

Beberapa hari setelah itu, raja dikabarkan wafat. Seorang kurir istana menyampaikan sepucuk surat ke sang prajurit miskin. Dengan penasaran, ia mulai membaca, "Aku sayang kamu, prajurit. Aku hanya ingin selalu dekat denganmu. Aku tak ingin ada penghalang antara kita. Tapi, kalau kau terjemahkan cintaku dalam bentuk benda, kuserahkan separuh istanaku untukmu. Ambillah. Itulah wujud sebagian kecil sayangku atas kesetiaan dan ketaatanmu."
**
Betapa hidup itu memberikan warna-warni yang beraneka ragam. Ada susah, ada senang. Ada tawa, ada tangis. Ada suasana mudah. Dan, tak jarang sulit.

Sayangnya, tak semua hamba-hamba Yang Maha Diraja bisa meluruskan sangka. Ada kegundahan di situ. Kenapa kesetiaan yang selama ini tercurah, siang dan malam; tak pernah membuahkan bahagia. Kenapa yang setia dan taat pada Raja, tak dapat apa pun. Sementara yang main-main bisa begitu kaya.

Karena itu, kenapa tidak kita coba untuk sesekali menatap 'wajah'Nya. Pandangi cinta-Nya dalam keharmonisan alam raya yang tak pernah jenuh melayani hidup manusia, menghantarkan si prajurit setia kepada hidup yang kelak lebih bahagia.

Pandanglah, insya Allah, kita akan mendapati jawaban kalau Sang Raja diRaja begitu sayang pada kita.

Read more...

Senin, 01 Desember 2008

..:: Antara Air & Awan ::..

Di sebuah desa terpencil dibelantara sumatra, tampak seorang pemuda bergegas menuju surau kecil. Wajahnya menampakkan kegelisahan dan kegamangan. Ia seperti mencari sesuatu di surau itu.

"Assalamu'alaikum, Guru!" ucapnya ke seorang tua yang terlihat sibuk menyapu ruangan surau. Spontan, pak tua itu menghentikan sibuknya. Ia menoleh ke si pemuda dan senyumnya pun mengembang. "Wa'alaikumussalam. Anakku. Mari masuk!" ucapnya sambil meletakkan sapu di sudut ruangan. Setelah itu, ia dan sang tamu pun duduk bersila.

"Ada apa, anakku?" ucapnya dengan senyum yang tak juga menguncup. "Guru. Aku diterima kerja di kota!" ungkap sang pemuda kemudian. "Syukurlah," timpal sang kakek bahagia. "Guru, kalau tidak keberatan, berikan aku petuah agar bisa berhasil!" ucap sang pemuda sambil menunduk. Ia pun menanti ucapan sang kakek di hadapannya.

"Anakku. Jadilah seperti air. Dan jangan ikuti jejak awan," untaian kalimat singkat meluncur tenang dari mulut si kakek. Sang pemuda belum bereaksi. Ia seperti berpikir keras memaknai kata-kata gurunya. Tapi, tak berhasil. "Maksud, Guru?" ucapnya kemudian.

"Anakku. Air mengajarkan kita untuk senantiasa merendah. Walau berasal dari tempat yang tinggi, ia selalu ingin ke bawah. Semakin besar, semakin banyak jumlahnya; air kian bersemangat untuk bergerak ke bawah. Ia selalu mencari celah untuk bisa mengaliri dunia di bawahnya," jelas sang kakek tenang. "Lalu dengan awan, Guru?" tanya si pemuda penasaran.

"Jangan sekali-kali seperti awan, anakku. Perhatikanlah! Awan berasal dari tempat yang rendah, tapi ingin cepat berada di tempat tinggi. Semakin ringan, semakin ia tidak berbobot; awan semakin ingin cepat meninggi," terang sang kakek begitu bijak. "Tapi anakku," tambahnya kemudian. "Ketinggian awan cuma jadi bahan permainan angin." Dan si pemuda pun tampak mengangguk pelan

***

Seribu tayangan mimpi telah ditampilkan, seratus harapan segera terurai, banyak cita yang ingin digapai tapi hanya satu keinginan.

Mimpi adalah kumpulan awan yang senantiasa berarak kesemua tujuan tergantung kemana angin akan membawanya, sifat air hanya satu mengisi sebuah relungan ruang kosong. Sahabat mimpi akan sebuah cita2 maknailah dengan sifatnya(red:air) mungkin engkau akan merasakan tegukan kesegarannya.

Sayangnya, tidak semua perumus cita2 selalu seperti air yang mengalir dan terus mengalir menyegarkan kehidupan jiwa. Karena ada sebagian mereka yang justru sebaliknya, seperti awan yang kian menjauh meninggalkan bumi. Seolah ada yang ingin mereka ungkapkan: selamat tinggal yang lainnya; maaf, kami sedang asyik bercengkrama bersama angin.



Sumber: eramuslim, dengan banyak perubahan

Read more...

Rabu, 19 November 2008

...::: Rumput Ilalang :::...

Di sebuah tepian ladang, seorang anak memperhatikan ayahnya yang terus saja bekerja. Sang ayah terlihat menggemburkan tanah dengan cangkul, membaurkan pupuk di sekitar tanaman, dan membabat tumbuhan liar di sekitar ladang. Sesekali, sang ayah harus mencabut ilalang. Anak itu terus memperhatikan dengan heran.

“Kenapa ayah melakukan itu? Bukankah ilalang itu masih terlalu kecil untuk dicabut?” teriak si anak sambil berjalan mendekati ayahnya. Ia membawakan air yang baru saja ia tuang ke sebuah gelas kayu. Sambil tangan kiri menghapus peluh, tangan kanan ayah anak itu meraih gelas dari tangan kecil anaknya.

“Anakku, inilah pekerjaan petani. Kelak kamu akan tahu,” jawab sang ayah singkat. Setelah minum, petani itu memanggul cangkul di dekatnya. “Hari sudah sore! Mari kita pulang, Nak!” ucap sang ayah sambil meraih pundak anak lelakinya itu.

Sepulang dari ladang, petani itu sakit. Hingga beberapa hari, ia dan anaknya tidak bisa ke ladang yang jaraknya sekitar satu jam berjalan kaki, naik dan turun. Petani itu tampak gelisah. Ia seperti ingin memaksakan diri berangkat ke ladang.

“Ayah kenapa? Bukankah waktu itu ladangnya sudah ayah bersihkan, dipupuk, dan dipagar,” suara anak itu sambil membantu ayahnya bangun dari tempat tidur. “Itu belum cukup, Nak. Kelak kamu akan tahu!” ucap si petani sambil tertatih-tatih keluar rumah. Ia mengajak anaknya pergi ke ladang.

Setibanya di ladang, anak itu terperangah. Ia seperti tidak percaya apa yang dilihat. Hampir seluruh ladang ditutupi ilalang. Cabai dan tomat yang tumbuh mulai membusuk. Daun-daunnya pun dihinggapi ulat.

“Anakku, inilah yang ayah maksud tugas petani. Kini kamu paham, kenapa ayah gelisah. Karena seorang petani tidak cukup hanya menanam, menebar pupuk, dan memagar tanamannya. Tapi, ia juga harus merawat. Tiap hari, tiap saat!” jelas sang ayah sambil menatap sang anak yang masih terkesima dengan ilalang di sekitar ladang ayahnya.
**

Mereka yang bekerja sebagai pendidik. Sadar betul kalau tugasnya begitu penting, dan mulia. Berat karena tugas itu tidak cukup sekadar menanam ilmu dikepala peserta didiknya, tapi juga menebar media membentuk budi pekerti, dan memberinya pagar moral dari terjangan angin dan hewan perusak.

Seperti halnya ladang tanaman, Peserta didik bukan benda mati yang akan lurus-lurus saja kalau ditinggal pergi. Tanahnya hidup. Udara di sekitar pun dinamis. Yang akan tumbuh bukan saja tanaman yang diinginkan, tanaman liar seperti ilalang pun akan tumbuh subur merebut energi kesuburan ladang. Belum lagi telur-telur hama yang hinggap ke daun tanaman setelah berterbangan digiring angin.

Pendidik persis seperti seorang petani terhadap tanamannya. Ia sebenarnya sedang berlomba dengan ilalang dan hama. Kalau ia tidak sempat merawat, ilalang dan hama yang akan ambil alih. Kelak, jangan kecewa kalau buah-buah tanaman yang akan dipetik sudah lebih dulu membusuk. (ReIs)

Dari berbagai sumber

Read more...

>> Hujan <<

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. "Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?" tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"
**

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Sumber : dari berbagai sumber

Read more...

Rabu, 15 Oktober 2008

Keindahan Alam Pegunungan


Seorang anak mendapatkan cerita dari temannya yang baru pulang berlibur dari daerah puncak bogor, tentang keindahan alam dan udara yang sejuk didaerah tersebut, sang anakpun yang kebetulan belum pernah kedaerah tersebut bertanya pada sang ayah, sambil mengungkapkan rasa penasarannya kepada ayahnya. “Yah, seperti apa sih rupa keindahan alam pegunungan disaerah bogor itu?” Sang ayah yang kebetulan sedang libur bekerja tidak menjawab. Ia hanya bilang, “Baiklah, kita berangkat menuju daerah pegunungan dibogor. Akan kamu lihat seperti apa keindahan pegunungan itu itu.”


Berangkatlah mereka berdua dengan mengendarai mobil. Perjalanan lumayan lama, karena jarak antara tempat tinggal mereka dengan gunung terdekat bisa menghabiskan waktu dua jam dengan mobil. Jarak yang lumayan jauh. Bahkan sangat jauh untuk ukuran seorang anak usia enam tahun.

Ketika perjalanan sudah menempuh hampir separuh jarak, anak itu berteriak, “Hore, pegunungnya sudah kelihatan.” Dari balik kaca mobil, sebuah barisan pegunungan membiru terlihat begitu anggun. Puncaknya menjulang ke langit nan biru dan ditutupi awan putih. “Oh, indahnya pegunungan itu,” ucap sang anak. Ia benar-benar kagum.

Mobil pun terus melaju. Jalan yang ditempuh tidak lagi lurus dan datar, tapi sudah berkelok dan naik turun. Wajah pegunungan pun terlihat hijau karena dedaunan pohon mulai tampak walaupun cuma didominasi warna. Anak itu berujar lagi, “Oh, ternyata gunung itu berwarna hijau. Ada pohon-pohon kecil yang berjajar.”

Sambil menikmati pemandangan sekitar, anak itu pun menyanyikan lagu: “Naik naik ke puncak pegunungan, tinggi tinggi sekali…” Hingga, perjalanan berhenti pada sebuah dataran yang sangat tinggi. Dari situlah mereka bukan hanya bisa melihat wajah pegunungan yang asli, tapi juga bisa memegang dan menginjak gunung. Mereka sudah berada di puncak tertinggi dari pegunungan tersebut.

“Pegunungannya mana, Yah?” tanya anak itu keheranan. “Inilah salah satu wajah pegunungan yang kamu cari, tanah yang sedang kita injak,” jawab sang ayah sambil menunjuk ke tanah yang menanjak dan menurun. Anak itu agak heran. “Ini? Tanah yang gersang ini? Tanah yang cuma berisi batu dan pohon-pohon kecil dengan air sungainya yang keruh?”

Sang ayah mengangguk pelan. Ia menangkap warna kekecewaan yang begitu dalam pada diri anaknya. “Anakku, mari kita pulang. Mari kita nikmati wajah pegunungan dari kejauhan. Mungkin, dari sanalah kita bisa mengatakan bahwa pegunungan itu indah…”

Hikmah

Ketika seseorang sudah menjadi ‘Pegunungan’ di masyarakatnya. Di mana, wajahnya bisa dilihat orang banyak, suaranya didengar banyak orang, akan muncul penasaran orang-orang yang melihat dan mendengar tokoh baru itu. Mereka ingin tahu, seperti apakah wajah sang tokoh ketika dilihat dari dekat: perilakunya, kehidupan rumah tangganya, dan hal-hal detil lain.

Sayangnya, tidak semua ‘Pegunungan’ yang terlihat indah ketika jauh, benar-benar indah di saat dekat. Para peminat yang ingin dekat dengan ‘gunung’ itu pun pasti kecewa. Ternyata, ‘Pegunungan’ yang dari jauh indah itu, menyimpan banyak cacat. Keindahannya semu.

Mari, kita bangun ‘Pegunungan’ diri yang benar-benar indah: baik dari jauh, apalagi dekat. Jangan biarkan mereka yang semula kagum, menjadi kecewa. Jangan sampai ada orang-orang yang berujar persis seperti sang ayah bilang, “Anakku, mari kita menjauh. Mungkin hanya dari kejauhanlah, kita bisa mengatakan bahwa ‘Pegunungan’ itu indah…”

sumber :http://www.eramuslim.com ( dengan banyak perubahan)

Read more...

Sabtu, 27 September 2008

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H




Taqaballahu Wa minal wa minkum. Syiamana wa syiamakum. Minal'aidin wal faidzin ...Mohon Maaf lahir dan Bathin
(Ishak Kholil & Keluarga )

Read more...

Sabtu, 09 Agustus 2008

Optimis, Mbok Ar "Sang Penbuat Tahu"

Siang hari itu panas matahari begitu menyengat, hingga membuat orang malas untuk keluar rumah, tampak jalan-jalan desa sepi hanya beberapa kendaraan motor yang nampak lalu lalang. Diujung jalan desa terdapat sebuah rumah yang nampak begitu sibuk dengan suatu kegiatan, oh ternyata Mbok Ar yang sedang membuat mamasak kedelai untuk dibuat tahu. Dari informasi yang didapat dari masyarakat sekitar, bahhwa mbok Ar adalah seorang pengrajin tahu didesa tersebut. Belum lama dia memulai usaha pembuatan tahu, kebetulan dia dulu bekerja dirumah Haji Hasan yang kebetulan pengusaha tempe-tahu didesa tetanggga. Dengan bermodal uang 150 Ribu yang pernah dia dapat dari Dana BLT tahun 2007. Ia mencoba peruntungan dengan membuat usaha tahu, dengan uang segitu ia dapat membeli kedelai dari koperasi desa sebanyak 50 Kg. Dibantu oleh suami dan 2 orang anaknya mbok ar memcoba untuk merubah nasib untuk lebih baik.
Sejak krisis ekonomi 1998 melanda indonesia, keluarga mbok ar mengalami dampak yang sangat terasa. Sang suami yang dulu bekerja disebuah pabrik garmen terpaksa harus dirumahkan (red : terkena PHK), 2 orang anak mbok ar terpaksa ikut-ikutan tidak sekolah karena ketidak adaan biaya. kini mereka hidup mengandalkan penghasilan sang kepala rumah tangga sebagai buruh serabutan, karena memmang suami mbok ar tidak mempunyai keahlian khusus. Tapi satu yang menjadi harapan mereka, anak-anak harus tetap sekolah. Walau akhirnya mereka harus bersekolah disekolah terbuka didesa tetangga, mbok ar tetap bangga karena mereka bisa melanjutkan pendidikannya.
Dengan sedikit pengetahuan tentang cara membuat tempe, yang pernah didapat waktu bekerja ditempa HajiHasan, mbok ar bermusyawarah dengan sang suami untuk mengunakan uang BLT menjadi modal usaha pembuatan tahu dan sang suamipun menyetujui. walau hanya mempunyai uang Rp.150 ribu, mbok ar mengunakan seluruhnya sebagai modal dengan membelikan kedelei sebanyak 50 Kg dikoperasi desa. Dengan peralatan kerja seadanya mbok ar dan keluarga berusaha mengolah kedelai tersebut menjadi tahu, setelah menbuat komitmen dengan sang suami bahwa mereka akan makan setelah penjualan tahu yang mereka buat mempunyai keuntungan.
keluarga mbok ar mencoba berbagi tugas, si bungsu belanja bahan-bahan pembuat tahu sepulang sekolah yang diangkut sepedah ontelnya, Sang suami membuat tahu tersebut dan mbok ar dibantu sisulung menjualnya kepasar. Mereka bekerja sehari penuh dari mulai ayam berkokok hingga matahari tengelam diufuk barat. Alhamdulillah keuntungan hari pertama berjualan setelah dipotong ongkos, sebesar Rp 12.500, dan mbok ar mengunakan keuntungan siang itu untuk membeli beras 2 ltr, beberapa potong ikan asin dan bumbu masak. hari itu mbok ar bisa makan dengan keluarga walau hanya mempunyai keuntungan dengan jumlah yang demikian.
Sahabat cerita itu hanya ilustrasi, penulis menyarikannya dari sebuah tayangan realiti show disebuah stasiun TV. Tapi mungkin kita bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut.
1. Kenikmatan yang sangat luar biasa bila kita bisa bekerja bersama untuk sebuah tujuan yang sama.
2. Pahit dan manis sebuah kehidupan tak ada bedanya bila kita menyadari apa yang menjadi tujuan hidup kita.
3. Berapapun/Apapun hasil yang didapat, akan sangat bermanfaat.
4. Ingin berubah dari suatu kadaan ke yang lebih baik.
5. Berbagi tugas, tidak monopoli walau kita sanggup untuk mengerjakannya sendirian.
6. Gunakan pengalaman untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik.
7. Next.......?

Read more...

Kamis, 07 Agustus 2008

Bisakah aku menjadi Dosen yang Unggul or Karyawan....?

Hampir 7 (tujuh) Tahun aku mengabdi pada sebuah institusi pendidikan, dengan status sebagai karyawan. Rutinitasku sebagai seorang Instruktur Lab dan beberapa semester ini aku dipercayakan mengajar dikelas teori, Mahasiswa/i ku biasa menyapaku dengan bapak dosen. sebuah pangilan yang sangat istimewa buat aku.
Dahulu pada saat aku kecil ayahku pernah memberi nasihat, bahwa profesi guru(red: pengajar) adalah mulia, membuat orang menjadi pintar dan ilmu yang dimiliki selalu bertambah, guru adalah contoh teladan bagi para muridnya. Itu nasihatnya yang selalu kuingat dari seorang manusia yang sangat aku teladani & hormati didunia ini.
Tapi bisakah aku seperti beliau menjadi seorang dosen(red: guru) yang juga teladan bagi para mahasiswanya, entahlah..... seribu pertanyaan berputar dibenakku. Hampir 35 tahun ayahku menekuni profesi itu, dan ia tetap eksis. Bukan materi tujuan beliau tapi Ibadah semata, untuk Ridho Allah SWT.
Atau hanya status karyawan yang dipekerjakan sebagai dosen oleh institusi dengan jam mengajar dan Matakuliah yang ditugaskan untukku dan aku mengerjakannya sebagai kewajibanku kepada institusi tempat aku bekerja.
ohh....Mahasiwaku,
Maafkan aku yang baru bisa memberimu pengetahuan tentang ilmu yang aku ajarkan tapi aku belum bisa memberi teladan untuk menjadi seorang ilmuan/praktisi.
Maafkan aku yang baru bisa mengisi otakmu dengan materi kuliahku, tapi aku belum bisa mengisi hatimu dengan teladan yang dicontohkan ayahku.
Ayah......
Maafkan Anakmu yang belum bisa menularkan teladanmu, pada siswa/i ku.

Read more...

Rabu, 09 Juli 2008

Ukuran Kesuksesan

Mengukur sesuatu adalah dengan membandingkan pada perbandingan tertentu, bila aku ingin mengetahui tinggi atau rendah badan aku, maka aku membutuhkan pengukur yaitu penggaris dengan satuan meter/centimeter. atau kita ingin mengukur berat badan kita kurus atau gemuk maka kita membutuhkan timbangan dengan satuan kilogram yang bisa menyatakan kita gemuk atau kurus.
Dan jika Aku ingin sukses, apa yang menjadi tolok ukur kesuksesanku...??Harta Melimpah, Istri Cantik, Karir Cemerlang, Keluarga Bahagia....mungkin "Ya" atau "Tidak"..Tanyakan pada "HatiKu".
Sejak manusia pertama Adam & Hawa, garis Qodha & Qadar manusia telah ditentukan. Hanya tinggal bagaimana manusia itu mau berusaha.
Firman Allah SWT dalam Kitab sucinya,
" Allah Tidak akan merubah Nasib suatu kaum, tapi kaum itu yang harus merubahnya sendiri". Dan "Allah itu bagaimana prasangka hambanya".

Read more...

Sabtu, 05 Juli 2008

Tentang Anak Kami



Semua orang tua pasti sepakat dengan kalimat yang aku gunakan. "Terima Kasih Anakku, dengan kehadiranmu lengkaplah keluarga ini". Kami menikah 4 (empat) tahun yang lalu 6 desember 2003, Anak kami lahir 16 desember 2007 setelah empat tahun penikahan kami.


Hari itu adalah hari yang sangat bahagia bagi kami....ya, kerena sekarang aku menjadi seorang ayah dan istriku menjadi seorang bunda. 'Fathiyah Nurul Mumtaz' begitu nama yang kami pilihkan untuknya. Kami berdoa semoga dia menjadi 'Pembuka Cahaya Istimewa' buat kami yang menanti kehadirannya. enam bulan yang lalu dia mulai melengkapi hari-hari kami, senyum dan tingkahnya membuat kami merasa sangat terhibur. Dikala aku pulang bekerja dengan lelah yang tak berkesudahan...akan hilang terhibur dengan kehadiran senyum dan tawanya.


Mungkin hal ini tidak pernah kami alami beberapa tahun yang lalu. Kadang malah sering kami berprasangka yang tidak baik kepada-Nya, Astagfirrullahaladzim. Mohon ampun kepada-Mu Ya Roob atas khilaf hambamu. atau aku melihat linangan air mata istriku karena sepi ini. Ya Allah, ku panjatkan syukur yang tak terhingga atas karunia & amanah (kepercayaan) dari Mu. Izinkan kami untuk berusahan mendidik & membesarkan agar menjadi manusia berguna bagi umat, hingga akhir hayat kami.

Read more...

Kamis, 26 Juni 2008

Kisah Part IV "Belajar Dari Panca Indra"

"Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dengan Sempurna, dia bisa mulia dengan kesempurnaannya sebagai mahluk, atau dia akan binasa oleh kesempurnaannya".
Bagian-Bagian Kesempurnaan Manusia sebagai mahluk:
1. Jasmani ( dari ujung rambut hingga ujung Kaki)
2. Rohani, (Pikiran, Rasa)

Jasmani akan sehat bila manusia mengkonsumsi yang berasal dari sari pati makanan yang berasal hewan dan tumbuhan.
Rohani akan sehat bila manusia menkonsumsiyang berasal dari Sang Penciptanya.

Read more...

Senin, 23 Juni 2008

Kisah Part III, Berfikir tentang " Untung"

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?

Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “gut feeling”. Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, “mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan.

Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara.

Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus.

Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School.
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat “Luck Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk termans semua.

Siap mulai menjadi si Untung?

Sumber : www.motivasi.web.id, dengan sedikit gubahan

Read more...

Kisah Part II "Sang Pemahat"

Suatu ketika, hiduplah seorang Pemahat. Pemahat ini, bekerja pada seorang raja yang masyhur dengan tanah kekuasaannya. Wilayah pemerintahannya sangatlah luas. Hal itu membuat siapapun yang mengenalnya, menaruh hormat pada raja ini.
Sang Pemahat, sudah lama sekali bekerja pada raja ini. Tugasnya adalah membuat patung-patung yang diletakkan menghiasi taman-taman istana. Pahatannya indah, karena itulah, ia menjadi kepercayaan raja itu sejak lama. Ada banyak raja-raja sahabat yang mengagumi keindahan pahatannya saat mengunjungi taman istana.
Suatu hari, sang raja mempunyai rencana besar. Baginda ingin membuat patung dariseluruh keluarga dan pembantu-pembantu terbaiknya. Jumlahnya cukup banyak, ada 100 buah. Patung-patung keluarga raja akan di letakkan di tengah taman istana, sementara patung prajurit dan pembantunya akan di letakkan di sekeliling taman. Baginda ingin, patung prajurit itu tampak sedang melindungi dirinya.
Sang pematung pun mulai bekerja keras, siang dan malam. Beberapa bulan kemudian, tugas itu hampir selesai. Sang Raja kemudian datang memeriksa tugas yang diperintahkannya. “Bagus. Bagus sekali, ujar sang Raja. “Sebelum aku lupa, buatlah juga patung dirimu sendiri, untuk melengkapi monumen ini.”
Mendengar perintah itu, pematung ini pun mulai bekerja kembali. Setelah beberapa lama, ia pun selesai membuat patung dirinya sendiri. Namun sayang, pahatannya tak halus. Sisi-sisinya pun kasar tampak tak dipoles dengan rapi. Ia berpikir,untuk apa membuat patung yang bagus, kalau hanya untuk di letakkan di luartaman. “Patung itu akan lebih sering terkena hujan dan panas,” ucapnya dalamhati, pasti, akan cepat rusak.”
Waktu yang dimintapun telah usai. Sang raja kembali datang, untuk melihatpekerjaan pematung. Ia pun puas. Namun, ada satu hal kecil yang menarikperhatiannya. “Mengapa patung dirimu tak sehalus patung diriku? Padahal, akuingin sekali meletakkan patung dirimu di dekat patungku. Kalau ini yang terjadi,tentu aku akan membatalkannya, dan menempatkan mu bersama patung prajurit yanglain di depan sana.”
Menyesal dengan perrbuatannya, sang pematung hanya bisa pasrah. Patung dirinya,hanya bisa hadir di depan, terkena panas dan hujan, seperti harapan yangdimilikinya.
***
Teman, seperti apakah kita menghargai diri sendiri? Seperti apakah kitabercermin pada diri kita? Bagaimanakah kita menempatkan kebanggaan atas dirikita? Ada kalanya memang, ada orang-orang yang selalu pesimis dengan dirinyasendiri. Mereka, kerap memandang rendah kemuliaan yang mereka miliki.
Namun, apakah kita mau dimasukkan ke dalam bagian itu. Saya percaya, tak banyakorang yang menghendaki dirinya mau dimasukkan sebagai orang yang pesimis. Kita akan lebih suka menjadi orang yang bernilai lebih. Sebab, Allah pun menciptakankita tak dengan cara yang main-main. Allah menciptakan kita dengan kemuliaan mahluk yang sempurna.
Dan teman, sesungguhnya, kita sedang memahat patung diri kita saat ini. Tapi patung seperti apakah yang sedang kita buat? Patung yang kasar, yang tak halus pahatannya, ataukah patung yang indah, yang memancarkan kemuliaan-Nya? Patung yang bernilai mahal, yang menjadi hiasan terindah, atau patung yang berharga murah yang tak layak diletakkan di tempat utama?
Memang, tak ada yang tahu akan ditempatkan dimana patung-patung diri kita kelak. Karena hanya Allah lah Maha Tahu. Karenanya, bentuklah patung-patung itu dengan indah. Pahatlah dengan halus, agar kita bisa ditempatkan di tempat yang terbaik,di sisi-Nya. Poleslah setiap sisinya dengan kearifan budi, dan kebijakan hati, agar memancarkan keindahan. Susuri setiap lekuknya dengan kesabaran, dan keikhlasan.
Pahatan yang kita torehkan saat ini, akan menentukan tempat kita di akhirat kelak. Bentuklah “pahatan” diri Anda dengan indah!
Sumber : www.resensi.net, dengan sedikit perubahan

Read more...

Kamis, 19 Juni 2008

Kisah Part 1 " Jadwal Otak "

Seorang teman pada awal tahun 2002 pernah meminjam salah satu buku bisnis saya. Dia mengatakan ingin belajar bisnis, karena kebetulan dia lulusan dari teknologi pangan. Seminggu kemudian ketika saya kerumahnya, buku tersebut masih `utuh’ belum tersentuh, terletak diatas meja dengan sedikit debu diatasnya. Dia mengatakan bahwa minggu ini dia sibuk sekali. Mungkin pada akhir pekan dia akan mulai membaca.
Setahun kemudian ketika saya kesana, ternyata debu diatas buku tersebut bertambah tebal. Dan teman saya masih belum mempunyai waktu untuk membaca karena kesibukannya. Saya akhirnya ambil kembali buku tersebut, karena saya memang sedang membutuhkan informasi didalamnya.Lalu, bagaimana dengan teman saya ? Saya katakan kepadanya, bahwa seumur hidup dia TIDAK AKAN PERNAH PUNYA WAKTU untuk membacanya. Benarkah ? Atau mungkin saya yang terlalu `pelit’ untuk meminjamkan lagi buku saya kepadanya.
Setiap orang sudah punya `jadwal tetap harian’ di dalam otaknya, mulai dari bangun pagi, gosok gigi, mandi, sarapan, menstarter mobil, ke kantor, bekerja, hingga tidur malam. Pada awal teman saya tadi meminjam buku, dia berusaha memasukkan `menu baru’ ke dalam `jadwal tetap’nya. Menu baru itu akan tetap disitu jika kita melakukan aktivitas tersebut, namun jika tidak `peringkat’nya akan terus menurun.
Setelah satu tahun, peringkat menu `baca buku’ itu pasti sudah terlempar dari 100 besar. Sangatlah sulit untuk mendongkrak kembali ke urutan 10 besar jika tidak ada alasan yang sangat kuat.
Berapa banyak dari kita yang berperilaku seperti itu ? Menunda hal-hal kecil seperti membaca buku, memotong rumput, membersihkan rumah, menata lemari pakaian, dll sampai akhirnya pekerjaan tersebut tertunda terus hingga berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Seringkali juga pekerjaan tersebut akhirnya tidak jadi dilaksanakan. Ada tiga hal yang bisa mendorong kita untuk melakukan pekerjaan yang sering tertunda tersebut, yaitu Alasan, Prioritas dan Komitmen.
Alasan, Setiap orang jika menjumpai hal baru selalu timbul satu pertanyaan di benaknya “What’s in it for me ?” Apa manfaat hal baru tersebut untuk saya ? Adakah manfaat tersebut membawa saya ke kehidupan yang lebih baik ? Adakah manfaat tersebut membutuhkan kerja keras ? Adakah manfaat tersebut dapat dinikmati dalam jangka panjang atau pendek ?
PrioritasMerupakan urutan yang anda letakkan bagi hal baru tersebut. Anda bisa menentukan prioritas hal baru tersebut dengan menanyakan ke diri sendiri beberapa pertanyaan berikut : Seberapa penting hal baru ini dibanding dengan hal yang sudah ada ? Kalaupun lebih penting, haruskah saya kerjakan sekarang ? Dapatkah hal baru ini ditunda kapan- kapan ? Masa iya saya harus menunda pergi ke mall karena harus harus baca buku ?
KomitmenKomitmen adalah janji anda kepada diri sendiri. Komitmen sendiri terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
* Saya akan lakukan jika saya ada waktu
Komitmen ini yang kerapkali dilakukan oleh orang-2 yang merasa dirinya sangat sibuk. Mereka akan melakukan tugas baru tersebut disela-sela jadwal mereka yang padat. Itupun kalau memang ada waktu luang. Mengapa mereka melakukan ini ? Sudah jelas, mereka tidak punya alasan ! Itulah mengapa alasan diletakkan di tempat pertama.
*Saya akan lakukan semaksimal mungkin
Komitmen kedua ini yang kerap dikatakan orang-2 yang sudah punya alasan, dan berusaha mengerjakan sesuatu sebaik mungkin. Tapi komitmen ini juga tidak cukup kuat. Ibaratnya anda mengisi bak air, pada komitmen kedua ini mungkin anda hanya sanggup mengisi setengahnya saja, karena memang sampai disitu saja anda menganggap kerja anda sudah 100 %.
*Saya akan lakukan sampai selesai.
Kelihatannya yang ketiga ini cukup sederhana, tapi justru ini yang tersulit. Pada komitmen ketiga ini, anda mungkin harus bekerja lebih keras dan lebih lama, untuk mengisi bak air itu sampai penuh. Anda mungkin bekerja sampai 120 % untuk menyelesaikannya.
Oke, Alasan, Prioritas dan Komitmen. Kalau ketiga hal ini sudah saya laksanakan, adakah hal-hal baru tersebut bisa saya selesaikan ?
Belum, ada langkah terakhir, yaitu action. Sekuat apapun komitmen anda, tentu tidak akan berjalan tanpa tindakan dari anda. Lakukan hal-hal diatas secara terus menerus, karena suatu hal baru akan menjadi kebiasaan jika sering dilakukan.
Selamat bekerja.
Posting dari www.resensi.net oleh- Sonny V. Sutedjo -(artikel pernah dimuat di Majalah Pengusaha Feb. 2004), dengan sedikit perubahan kata

Read more...

Rabu, 18 Juni 2008

Setetes Embun

Al-Qur’an Al-Karim merupakan kitab suci ummat Islam yang mempunyai banyak julukan. Bilamana orang-orang beriman mau dan mampu menyikapi dan memposisikannya sebagaimana aneka julukan yang Allah sematkan kepadanya, maka insyAllah mereka akan memperoleh kemuliaan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.
Pertama, di antara julukan yang Allah swt berikan kepada Al-Qur’an ialah penyebutannya sebagai Al-Huda (petunjuk).
الم ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Alif lam miim, ini (Al-Qur’an) adalah kitab yang tak ada keraguan di dalamnya menjadi petunjuk bari orang-orang yang bertaqwa.”(QS Al-Baqarah ayat 1- 2).Barangsiapa membaca Al-Qur’an akan memperoleh petunjuk ke mana ia harus malangkah dalam hidupnya di dunia ini. Dan sebaliknya, bilamana manusia berusaha mencari petunjuk selain Al-Qur’an, maka ia akan tersesat dan tak tahu arah hidup.
Kedua, Al-Qur’an juga disebut sebagai Al-Furqan atau pembeda.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan adalah bulan diwahyukannya Al-Qur’an, petunjuk bagi manusia dan penjelas bagi petunjuk tersebut dan pembeda.” (QS Al-Baqarah 185).Orang yang membaca Al-Qur’an akan memiliki quwwatul-furqan (kemampuan membedakan) antara benar dan salah, halal dan haram serta legal dan illegal di mata Allah swt. Hal ini penting karena dewasa ini begitu banyak pendapat manusia yang membingungkan. Ada yang berpendapat bahwa sesuatu hal baik, namun pendapat lain mengatakan bahwa hal tersebut jelek. Ada juga yang berpendapat sesuatu hal terpuji, tapi bagi fihak lain hal tersebut justru tercela. Manusia akan terombang-ambing bilamana dalam keadaan dunia dewasa ini tak mampu membedakan mana sebenarnya yang baik dan mana sebenarnya yang buruk.
Kita melihat banyak orang mencari jalan aman dengan mengatakan netral sehingga tidak usah berpendapat, padahal sikap demikian malah melahirkan problema baru. Karena setiap pilihan sikap pada hakekatnya harus kita pertanggung-jawabkan di depan Allah swt. Setiap pilihan sikap dan perilaku bisa berkonsekuensi pahala atau dosa. Nabi Muhammad saw bersabda:
لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا(الترمذي)
“Janganlah kalian seperti bunglon. Bila manusia banyak melakukan kebaikan maka kamu berlaku baik. Bila manusia banyak berbuat kejahatan kamu ikut pula berbuat jahat. Akan tetapi genggam eratlah jiwa-jiwa kalian. Bila manusia banyak berbuat baik maka berbuat baiklah bersama mereka. Namun bila banyak manusia berbuat jahat, maka tinggalkanlah kejahatan mereka itu.” (Tirmidzi 7/290)Bagaimana mungkin seseorang akan memiliki prinsip hidup bila ia tidak memiliki kemampuan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Ketiga, Al-Qur’an juga disebut sebagai Asy-Syifaa atau penawar/obat.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami wahyukan Al-Qur’an apa-apa yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS Al-Israa ayat 82).Kita temukan banyak arahan dari Nabi Muhammad saw tentang ayat-ayat Al-Qur’an tertentu yang bisa menjadi obat penawar bagi penyakit manusia. Obat di sini terutama berkenaan dengan urusan rohani dan mental yang sifatnya non-jasmani. Bahkan Al-Qur’an sanggup menjadi penawar bagi seseorang yang mendapat gangguan dari alam ghaib seperti serangan sihir atau gangguan jin.
Keempat, Al-Qur’an merupakan Rahmat atau ungkapan kasih sayang Allah swt kepada orang-orang beriman.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami wahyukan Al-Qur’an apa-apa yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS Al-Israa ayat 82).Oleh karenanya seorang mukmin yang menghayati hal ini niscaya akan selalu gemar membaca, mengkaji bahkan meng’amalkannya sebab ia sangat berhajat akan kasih-sayang Allah swt. Ibarat kekasih menerima surat dari yang dicintainya, pasti ia akan menjaga, menyimpan baik-baik surat kekasihnya itu dan dari waktu ke waktu ia membaca kembali seraya menikmati isi surat tersebut.
Kelima, Al-Qur’an disebut sebagai Bayaanun lin-naas atau penjelas bagi manusia.
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
“(Al-Qur’an) ini merupakan penjelas bagi manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS Ali Imran ayat 138).Disebut demikian karena di dalamnya terdapat begitu banyak penjelasan, keterangan dan informasi mengenai alam beserta segenap isinya. Dan perlu digaris-bawahi bahwa ia bukan penjelas khusus bagi orang beriman atau bertaqwa, tapi bagi manusia pada umumnya, siapapun dia, muslim atau bukan. Oleh karena itu, belakangan ini kita jumpai di dunia barat fenomena adanya sebagian ilmuwan doktor maupun profesor menjadi tercengang dan kagum setelah berinteraksi dengan kitab suci ini. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang kemudian memperoleh hidayah dari Allah swt sehingga berikrar dua kalimat syahadat masuk Islam. Alhamdulillah.-
Oleh : Ust. Ihsan Tanjung dari www.Eramuslim.com

Read more...

Senin, 26 Mei 2008

Pen[dusta]

Pada beberapa tahun yang lalu, Yudha Kampanye didesaku. pada saat itu ada pemilihan kepala desa dan kebetulan desaku merupakan bagaian dari desa Lor kidul. dari beberapa calo tersebut, Yudha merupakan figur yang diunggulkan, selain mempunyai kharisma dia juga dipandang sebagai calon pemimpin yang menpunyai cukup pengalaman dan pengaruh.
Aku dahulu begitu mengelukannya, bahkan menyampaikan kepada keluarga, teman2 dan sahabatku didesa, bahwa beliau adalah figur yang akan membawa desa kita pada perubahan.
tetapi apa sekarang, setelah sekian tahun belau berkuasa angka pengangguran masih cukup tinggi, bahkan harga2 kebutuhan pokok sudah sulit dijangkau oleh banyak keluarga teman2 ku.
Mana Janji kampanyemu, Yudha.....?. memang aku tahu, engkau sudah berusaha sekemampuanmu, tapi yang aku tagih adalah janji-janjimu. Jangan engkau bersembunyi dibalik BLT mu.
Bila memang engkau tak tahu apa yang akan terjadi nanti, beberapa tahun kedepan. Mungkin engkau tak perlu mengumbar janji2. sehingga engkau tak dikelompokan sebagai Pen[dusta].

Read more...

Kamis, 13 Maret 2008

Cinta

Cinta suatu rangkaian kata yang tak pernah habis untuk baca, digubah, dan tak pernah ada dasar untuk diselami.
Cinta saat dirasa pun engkau makin matang untuk dinikmati, Cinta semakin rindu bila diingat....cinta ..oh cinta

Read more...

Rabu, 12 Maret 2008

Pemimp[i]

Seorang anak adam dihadirkan untuk menjalani kehidupan, dia diberi akal untuk memikirkan apa yang akan dilakukan dan dihasilkan dalam hidup ini.
mungkin sebelum melaksanakan suatu tak ada salahnya jika dia tak takut untuk jadi seorang Pemimp[i]. Untuk bisa maju gak ada salahnya untuk dicoba.

Read more...

Senin, 10 Maret 2008

Keceriaan

Raut wajah lusuh karena lelah adalah hal biasa, tapi apakah memerlukan waktu yang lama untuk merubah rona wajah lusunya.
Bila anakku sedang haus menanti ASI dari Bundanya, dia menangis sekeras-kerasnya, tapi setelah mendapatkannya wajah mungilnya akan kembali bercahaya. dan keceriaannya akan melengkapi keindahan wajahnya.
Mungkinkah keceriaan itu akan muncul dalam raut wajah kita bila tujuan or goal kita tercapai.....??

Read more...

Kamis, 06 Maret 2008

Hari Besar

Suatu waktu dimana kita dapat berkumpul & bercengkrama dengan keluarga adalah satu dari sekian banyak hal yang terindah

Read more...

Bergembira


Alhamdulillah, pada tanggal 16 desember 2007 kami telah diberi amanah besar. yaitu atas lahirnya putri pertama kami Fathiyah Nurul Mumtaz.

Read more...

Sponsor

Followers

About Me

Foto saya
tentang Kami, tanyakan pada sahabat, keluarga, atau Anak Kami

My Spirit

My Love To Spirit

  ©Create by ReIsonline.tk.