Search

Sabtu, 09 Agustus 2008

Optimis, Mbok Ar "Sang Penbuat Tahu"

Siang hari itu panas matahari begitu menyengat, hingga membuat orang malas untuk keluar rumah, tampak jalan-jalan desa sepi hanya beberapa kendaraan motor yang nampak lalu lalang. Diujung jalan desa terdapat sebuah rumah yang nampak begitu sibuk dengan suatu kegiatan, oh ternyata Mbok Ar yang sedang membuat mamasak kedelai untuk dibuat tahu. Dari informasi yang didapat dari masyarakat sekitar, bahhwa mbok Ar adalah seorang pengrajin tahu didesa tersebut. Belum lama dia memulai usaha pembuatan tahu, kebetulan dia dulu bekerja dirumah Haji Hasan yang kebetulan pengusaha tempe-tahu didesa tetanggga. Dengan bermodal uang 150 Ribu yang pernah dia dapat dari Dana BLT tahun 2007. Ia mencoba peruntungan dengan membuat usaha tahu, dengan uang segitu ia dapat membeli kedelai dari koperasi desa sebanyak 50 Kg. Dibantu oleh suami dan 2 orang anaknya mbok ar memcoba untuk merubah nasib untuk lebih baik.
Sejak krisis ekonomi 1998 melanda indonesia, keluarga mbok ar mengalami dampak yang sangat terasa. Sang suami yang dulu bekerja disebuah pabrik garmen terpaksa harus dirumahkan (red : terkena PHK), 2 orang anak mbok ar terpaksa ikut-ikutan tidak sekolah karena ketidak adaan biaya. kini mereka hidup mengandalkan penghasilan sang kepala rumah tangga sebagai buruh serabutan, karena memmang suami mbok ar tidak mempunyai keahlian khusus. Tapi satu yang menjadi harapan mereka, anak-anak harus tetap sekolah. Walau akhirnya mereka harus bersekolah disekolah terbuka didesa tetangga, mbok ar tetap bangga karena mereka bisa melanjutkan pendidikannya.
Dengan sedikit pengetahuan tentang cara membuat tempe, yang pernah didapat waktu bekerja ditempa HajiHasan, mbok ar bermusyawarah dengan sang suami untuk mengunakan uang BLT menjadi modal usaha pembuatan tahu dan sang suamipun menyetujui. walau hanya mempunyai uang Rp.150 ribu, mbok ar mengunakan seluruhnya sebagai modal dengan membelikan kedelei sebanyak 50 Kg dikoperasi desa. Dengan peralatan kerja seadanya mbok ar dan keluarga berusaha mengolah kedelai tersebut menjadi tahu, setelah menbuat komitmen dengan sang suami bahwa mereka akan makan setelah penjualan tahu yang mereka buat mempunyai keuntungan.
keluarga mbok ar mencoba berbagi tugas, si bungsu belanja bahan-bahan pembuat tahu sepulang sekolah yang diangkut sepedah ontelnya, Sang suami membuat tahu tersebut dan mbok ar dibantu sisulung menjualnya kepasar. Mereka bekerja sehari penuh dari mulai ayam berkokok hingga matahari tengelam diufuk barat. Alhamdulillah keuntungan hari pertama berjualan setelah dipotong ongkos, sebesar Rp 12.500, dan mbok ar mengunakan keuntungan siang itu untuk membeli beras 2 ltr, beberapa potong ikan asin dan bumbu masak. hari itu mbok ar bisa makan dengan keluarga walau hanya mempunyai keuntungan dengan jumlah yang demikian.
Sahabat cerita itu hanya ilustrasi, penulis menyarikannya dari sebuah tayangan realiti show disebuah stasiun TV. Tapi mungkin kita bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut.
1. Kenikmatan yang sangat luar biasa bila kita bisa bekerja bersama untuk sebuah tujuan yang sama.
2. Pahit dan manis sebuah kehidupan tak ada bedanya bila kita menyadari apa yang menjadi tujuan hidup kita.
3. Berapapun/Apapun hasil yang didapat, akan sangat bermanfaat.
4. Ingin berubah dari suatu kadaan ke yang lebih baik.
5. Berbagi tugas, tidak monopoli walau kita sanggup untuk mengerjakannya sendirian.
6. Gunakan pengalaman untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik.
7. Next.......?

Read more...

Kamis, 07 Agustus 2008

Bisakah aku menjadi Dosen yang Unggul or Karyawan....?

Hampir 7 (tujuh) Tahun aku mengabdi pada sebuah institusi pendidikan, dengan status sebagai karyawan. Rutinitasku sebagai seorang Instruktur Lab dan beberapa semester ini aku dipercayakan mengajar dikelas teori, Mahasiswa/i ku biasa menyapaku dengan bapak dosen. sebuah pangilan yang sangat istimewa buat aku.
Dahulu pada saat aku kecil ayahku pernah memberi nasihat, bahwa profesi guru(red: pengajar) adalah mulia, membuat orang menjadi pintar dan ilmu yang dimiliki selalu bertambah, guru adalah contoh teladan bagi para muridnya. Itu nasihatnya yang selalu kuingat dari seorang manusia yang sangat aku teladani & hormati didunia ini.
Tapi bisakah aku seperti beliau menjadi seorang dosen(red: guru) yang juga teladan bagi para mahasiswanya, entahlah..... seribu pertanyaan berputar dibenakku. Hampir 35 tahun ayahku menekuni profesi itu, dan ia tetap eksis. Bukan materi tujuan beliau tapi Ibadah semata, untuk Ridho Allah SWT.
Atau hanya status karyawan yang dipekerjakan sebagai dosen oleh institusi dengan jam mengajar dan Matakuliah yang ditugaskan untukku dan aku mengerjakannya sebagai kewajibanku kepada institusi tempat aku bekerja.
ohh....Mahasiwaku,
Maafkan aku yang baru bisa memberimu pengetahuan tentang ilmu yang aku ajarkan tapi aku belum bisa memberi teladan untuk menjadi seorang ilmuan/praktisi.
Maafkan aku yang baru bisa mengisi otakmu dengan materi kuliahku, tapi aku belum bisa mengisi hatimu dengan teladan yang dicontohkan ayahku.
Ayah......
Maafkan Anakmu yang belum bisa menularkan teladanmu, pada siswa/i ku.

Read more...

Sponsor

Followers

About Me

Foto saya
tentang Kami, tanyakan pada sahabat, keluarga, atau Anak Kami

My Spirit

My Love To Spirit

  ©Create by ReIsonline.tk.